Dewan Keamanan (DK) PBB mengeluarkan kutukan keras terkait kekerasan yang kian meningkat di Suriah sejak hari pertama Ramadan. DK PBB menyerukan penghentian kekerasan yang dinilai melanggar hak asasi manusia.
Dilansir dari laman Associated Press, pernyataan ini dibacakan oleh Presiden DK PBB, Hardeep Singh Puri, Rabu, 3 Agustus 2011. Dalam pernyataan itu, DK PBB mengutuk tindakan pasukan Presiden Bashar Assad yang menyerang basis pemberontak di kota Hama yang menewaskan sedikitnya 100 orang dalam waktu empat hari.
Dilansir dari laman Associated Press, pernyataan ini dibacakan oleh Presiden DK PBB, Hardeep Singh Puri, Rabu, 3 Agustus 2011. Dalam pernyataan itu, DK PBB mengutuk tindakan pasukan Presiden Bashar Assad yang menyerang basis pemberontak di kota Hama yang menewaskan sedikitnya 100 orang dalam waktu empat hari.
"DK PBB mendesak penghentian secepatnya semua kekerasan dan menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri, terutama menahan diri dari menyerang institusi negara," tulis pernyataan DK PBB.
DK PBB juga menyerukan dilakukannya proses politik menyeluruh yang dapat mengakomodasi aspirasi semua pihak di Suriah. Termasuk di dalamnya melakukan praktek kebebasan berekspresi dan berkumpul.
Kutukan DK PBB ini akhirnya dikeluarkan setelah terdapat perbedaan dalam menyingkapi kekerasan di Suriah oleh beberapa negara anggota. Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat meminta adanya resolusi DK PBB yang mengikat kutukan tersebut. Namun, Rusia, China, India, Brazil dan Afrika Selatan mengatakan mengutuk Suriah tidak akan memicu negosiasi dan menghentikan penyerangan.
Negara-negara penentang resolusi juga khawatir langkah ini hanya dijadikan alasan negara-negara Barat untuk turut campur dengan menurunkan pasukannya ke Suriah, seperti halnya Libya. Setelah rapat selama tiga hari, barulah suara anggota DK PBB bulat dengan melancarkan kutukan tanpa mengeluarkan resolusi apapun.
Ketegangan di Suriah terjadi sejak Maret lalu di tengah gejolak yang sama di beberapa negara Timur Tengah. Rakyat meminta Presiden Bashar Assad yang telah memerintah lebih dari 10 tahun mundur dari posisinya karena dinilai otoriter. Rakyat juga menuntut adanya reformasi di pemerintahan. Sedikitnya 1.700 orang.
DK PBB juga menyerukan dilakukannya proses politik menyeluruh yang dapat mengakomodasi aspirasi semua pihak di Suriah. Termasuk di dalamnya melakukan praktek kebebasan berekspresi dan berkumpul.
Kutukan DK PBB ini akhirnya dikeluarkan setelah terdapat perbedaan dalam menyingkapi kekerasan di Suriah oleh beberapa negara anggota. Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat meminta adanya resolusi DK PBB yang mengikat kutukan tersebut. Namun, Rusia, China, India, Brazil dan Afrika Selatan mengatakan mengutuk Suriah tidak akan memicu negosiasi dan menghentikan penyerangan.
Negara-negara penentang resolusi juga khawatir langkah ini hanya dijadikan alasan negara-negara Barat untuk turut campur dengan menurunkan pasukannya ke Suriah, seperti halnya Libya. Setelah rapat selama tiga hari, barulah suara anggota DK PBB bulat dengan melancarkan kutukan tanpa mengeluarkan resolusi apapun.
Ketegangan di Suriah terjadi sejak Maret lalu di tengah gejolak yang sama di beberapa negara Timur Tengah. Rakyat meminta Presiden Bashar Assad yang telah memerintah lebih dari 10 tahun mundur dari posisinya karena dinilai otoriter. Rakyat juga menuntut adanya reformasi di pemerintahan. Sedikitnya 1.700 orang.
0 komentar:
Posting Komentar